Aku adalah penikmat senja, namun aku juga penikmat fajar,banyak manusia yang beranggapan senja sangatlah menarik. Namun ku tak bisa pungkiri, keindahan fajar pun amat tak tertandingi.
Senja bisa menjadi lebih istimewa, karna mungkin lebih banyak manusia yang menghabiskan waktu nya demi melihat indahnya pergantian siang menjadi malam. Berbeda dengan Fajar, yang banyak ditinggalkan manusia bukan karena ia tidak indah, melainkan manusia masih mengganggap gelombang tidur dan mimpi yang tabu sebagai keindahan yang sulit untuk dilewatkan. Padahal tanpa disadari mereka telah melewatkan keindahan nyata yang tak banyak orang lain menyadarinya, mungkin dari sana istilah senja lebih istimewa. Baik itu menurutku, menurutmu???
Akupun akan sedikit menggambarkan seperti apa senja dan fajar dalam pikiranku.
Saat fajar, kemilau perak yang menyembul dari ufuk timur dengan hiasan kuning megah menjuntai. Seperti terdapat tirai emas dari balik cakrawala. Berlatarkan pemandangan indah jika diamati dari atas gundukan hijau, atau yang mereka sebut bukit. Kesegaran angin yang berhembus, seperti mengantarkan cipratan kesejukan embun pagi. Ahh.. indahnya Fajar. Tidak hanya itu, ketika fajar yang tak hanya burung pipit berkicau merdu. Seperti menyanyikan lantunan syair pagi yang indah, bersyukur atas kenikmatan tuhan yang memanjakan panca indera. Rerumputan hijau dan kerimbunan pohon pada tiap helai daun, yang memancarkan semilir wangi klorofil daun yang menyatu dengan lembab tanah, haahhh.. wanginya sungguh sangat khas. Berlari kecil menghirup udara segar, yang tak ditemui saat senja menjelang, semakin menjadikan fajar ini istimewa. Ditemani kabut pagi yang turun dengan amat perlahan, sambil berusaha mengunyah sebongkah roti dan meneguk kopi, teh ataupun susu hangat. Sungguh indah saat fajar muncul dari celah ranting pohon pinus berselang cemara. Kemilau cahaya yang menembus helai demi helai dedaunan yang
saling bertumpuk, berlomba merasuk, untuk membahasi tanah yang lembab.
Saat Senja, gemericik air yang mencoba mengejar untaian pasir, duduk bersila sambil menatap langit ditengah keheningan mentari yang perlahan ingin bertukar posisi dengan sang rembulan untuk menyinari bumi. Saat tepat, lembayung sore menyiratkan cahaya oranye bercampur jingga. Desiran ombak yang masih tetap berusaha menggapai selurih rangkaian pasir, menambah keindahan senja, saat duduk bersila. Ayunan daun kelapa yang menggoda dengan tarian khas pesisir, mencoba bergabung dengan indahnya sang senja. Bagai cermin besar yang memancarkan bayang semu sang mentari, menarik garis lurus seperti segitiga raksasa pada samudera lepas. Perlahan merunduk meninggalkan barisan awan bersiluet kemerahan, sungguh indah senja saat sebagai tanda peralihan tugas dua pusat cahaya.
FAJAR
atau
SENJA???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar