Mringkup dalam satu lorong sesak berisikan malaikat - malaikat surgawi yang selalu di puji, memang terkadang menjadi hal yang sulit. Bukan sulit karena selalu ikut bersinar mengikuti aura mereka yang terpancar. Tetapi semua menjadi sulit ketika bongkahan mutiara hitam kecil ingin memercikkan sedikit cahaya mungil, diantara benderang sinar kemilau yang terpancar dari seluruh permata. Dianggap lemah? diremehkan? dikucilkan? sudah pasti semua cacian itu didapat sang mutiara hitam ketika ingin menjadi putih.
Bak permata yang selalu menjadi idola, para manusia "berprestasi" entah dari yang mereka sendiri buat, yang mereka buat - buat, atau yang orang lain sengaja buat?. Kebanyakan dari mereka datang dari figur rupawan, dengan dagu yang sedikit di angkat dan dada yang dibusungkan. Kemudian dengan bangganya mencemooh dan meremehkan kaum mutiara hitam. Dimana kaum mutiara hitam diibaratkan manusia biasa yang "tidak terkenal" tetapi belum tentu hanya selalu memiliki kekurangan dan disangkut - pautkan dengan kekalahan.
hai!!! kami bukan orang yang pantas ditindas. kemampuan kami sama sekali tak ada yang kalian tahu. Bahkan terkadang kami lebih mulia dari kalian, ketika kami mengerjakan sesuatu dengan sangat sempurna, namun kami tutupi karena kami tak ingin kalian cela "mencontek". Kami benci selalu di cemooh. Kami benci selalu diremehkan. Kami benci selalu direndahkan.
Tak ada satupun yang kalian mengerti saat berada di tempat kami berdiri.
Kepada kalian, manusia berprestasi tanpa toleransi.
Kepada kalian, jiwa perkasa tapi tanpa rasa saudara.
Kepada kalian, hati angkuh yang tak tahu arti bersatu.
dan kepada kalian yang berpikir visioner namun menjadikan kelas bawah sebagai tanah berpijak.
Senandungkanlah sesuka hati lagu - lagu puji tentang bodohnya kaum kami, hingga saat itu tiba.
Saat dimana kaum hitam menjelma bagai lahirnya sosok bintang, yang memberi sinar harapan bagi sang rembulan di kala tak satupun manusia menyadari indah bulan takkan berarti tanpa kemilau sang bintang.
Di hari itu berterimakasihlah kalian, dengan keindahan sang bintang yang lahir dari kekelaman ribuan celotehan, hinaan dan cacian yang dengan sengaja para rembulan buat.
Bak permata yang selalu menjadi idola, para manusia "berprestasi" entah dari yang mereka sendiri buat, yang mereka buat - buat, atau yang orang lain sengaja buat?. Kebanyakan dari mereka datang dari figur rupawan, dengan dagu yang sedikit di angkat dan dada yang dibusungkan. Kemudian dengan bangganya mencemooh dan meremehkan kaum mutiara hitam. Dimana kaum mutiara hitam diibaratkan manusia biasa yang "tidak terkenal" tetapi belum tentu hanya selalu memiliki kekurangan dan disangkut - pautkan dengan kekalahan.
hai!!! kami bukan orang yang pantas ditindas. kemampuan kami sama sekali tak ada yang kalian tahu. Bahkan terkadang kami lebih mulia dari kalian, ketika kami mengerjakan sesuatu dengan sangat sempurna, namun kami tutupi karena kami tak ingin kalian cela "mencontek". Kami benci selalu di cemooh. Kami benci selalu diremehkan. Kami benci selalu direndahkan.
Tak ada satupun yang kalian mengerti saat berada di tempat kami berdiri.
Kepada kalian, manusia berprestasi tanpa toleransi.
Kepada kalian, jiwa perkasa tapi tanpa rasa saudara.
Kepada kalian, hati angkuh yang tak tahu arti bersatu.
dan kepada kalian yang berpikir visioner namun menjadikan kelas bawah sebagai tanah berpijak.
Senandungkanlah sesuka hati lagu - lagu puji tentang bodohnya kaum kami, hingga saat itu tiba.
Saat dimana kaum hitam menjelma bagai lahirnya sosok bintang, yang memberi sinar harapan bagi sang rembulan di kala tak satupun manusia menyadari indah bulan takkan berarti tanpa kemilau sang bintang.
Di hari itu berterimakasihlah kalian, dengan keindahan sang bintang yang lahir dari kekelaman ribuan celotehan, hinaan dan cacian yang dengan sengaja para rembulan buat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar