Kamis, 31 Juli 2014

PETIKAN HATI

KETIKA MEMANG KURASA INDAH, TAKKAN KU RAGU UNTUK MEMBERI ITU.  RASA YANG INDAH MENJELMA TIAP INSAN DUNIA. HANYA KAMU YANG DAPAT MENGHIDUPI RASA ITU KEMBALI. LALU, MENGAPA KU HARUS RAGU UNTUK MENYIRAM KEMBALI RASA SERUPA YANG KUPUNYA UNTUKMU???
KARNA PANTAS MEMANG KAMU MENDAPATKANNYA, SETELAH APA YANG TELAH KAMU PERJUANGKAN UNTUK DIRI INDAH YANG BERGEMELUT SEPI INI. TERIMAKASIH :)







untukmu petikan hati dikala sunyi...
e.r.l 19:06 
31 July 2014

Kamis, 24 Juli 2014

FAJAR atau SENJA???

Aku adalah penikmat senja, namun aku juga penikmat fajar,banyak manusia yang beranggapan senja sangatlah menarik. Namun ku tak bisa pungkiri, keindahan fajar pun amat tak tertandingi.
Senja bisa menjadi lebih istimewa, karna mungkin lebih banyak manusia yang menghabiskan waktu nya demi melihat indahnya pergantian siang menjadi malam. Berbeda dengan Fajar, yang banyak ditinggalkan manusia bukan  karena ia tidak indah, melainkan manusia masih mengganggap gelombang tidur dan mimpi yang tabu sebagai keindahan yang sulit untuk dilewatkan. Padahal tanpa disadari mereka telah melewatkan keindahan nyata yang tak banyak orang lain menyadarinya, mungkin dari sana istilah senja lebih istimewa. Baik itu menurutku, menurutmu???
Akupun akan sedikit menggambarkan seperti apa senja dan fajar dalam pikiranku.

Saat fajar, kemilau perak yang menyembul dari ufuk timur dengan hiasan kuning megah menjuntai. Seperti terdapat tirai emas dari balik cakrawala. Berlatarkan pemandangan indah jika diamati dari atas gundukan hijau, atau yang mereka sebut bukit. Kesegaran angin yang berhembus, seperti mengantarkan cipratan kesejukan embun pagi. Ahh.. indahnya Fajar. Tidak hanya itu, ketika fajar yang tak hanya burung pipit berkicau merdu. Seperti menyanyikan lantunan syair pagi yang indah, bersyukur atas kenikmatan tuhan yang memanjakan panca indera. Rerumputan hijau dan kerimbunan pohon pada tiap helai daun, yang memancarkan semilir wangi klorofil daun yang menyatu dengan lembab tanah, haahhh.. wanginya sungguh sangat khas. Berlari kecil menghirup udara segar, yang tak ditemui saat senja menjelang, semakin menjadikan fajar ini istimewa. Ditemani kabut pagi yang turun dengan amat perlahan, sambil berusaha mengunyah sebongkah roti dan meneguk kopi, teh ataupun susu hangat. Sungguh indah saat fajar muncul dari celah ranting pohon pinus berselang cemara. Kemilau cahaya yang menembus helai demi helai dedaunan yang
saling bertumpuk, berlomba merasuk, untuk membahasi tanah yang lembab.



Saat Senja, gemericik air yang mencoba mengejar untaian pasir, duduk bersila sambil menatap langit ditengah keheningan mentari yang perlahan ingin bertukar posisi dengan sang rembulan untuk menyinari bumi. Saat tepat, lembayung sore menyiratkan cahaya oranye bercampur jingga. Desiran ombak yang masih tetap berusaha menggapai selurih rangkaian pasir, menambah keindahan senja, saat duduk bersila. Ayunan daun kelapa yang menggoda dengan tarian khas pesisir, mencoba bergabung dengan indahnya sang senja. Bagai cermin besar yang memancarkan bayang semu sang mentari, menarik garis lurus seperti segitiga raksasa pada samudera lepas. Perlahan merunduk meninggalkan barisan awan bersiluet kemerahan, sungguh indah senja saat sebagai tanda peralihan tugas dua pusat cahaya. 

FAJAR 
atau
SENJA???

Hati yang katanya "PECUNDANG"

Mringkup dalam satu lorong sesak berisikan malaikat - malaikat surgawi yang selalu di puji, memang terkadang menjadi hal yang sulit. Bukan sulit karena selalu ikut bersinar mengikuti aura mereka yang terpancar. Tetapi semua menjadi sulit ketika bongkahan mutiara hitam kecil ingin memercikkan sedikit cahaya mungil, diantara benderang sinar kemilau yang terpancar dari seluruh permata. Dianggap lemah? diremehkan? dikucilkan? sudah pasti semua cacian itu didapat sang mutiara hitam ketika ingin menjadi putih.
Bak permata yang selalu menjadi idola, para manusia "berprestasi" entah dari yang mereka sendiri buat, yang mereka buat - buat, atau yang orang lain sengaja buat?. Kebanyakan dari mereka datang dari figur rupawan, dengan dagu yang sedikit di angkat dan dada yang dibusungkan. Kemudian dengan bangganya mencemooh dan meremehkan kaum mutiara hitam. Dimana kaum mutiara hitam diibaratkan manusia biasa yang "tidak terkenal" tetapi belum tentu hanya selalu memiliki kekurangan dan disangkut - pautkan dengan kekalahan.

hai!!! kami bukan orang yang pantas ditindas. kemampuan kami sama sekali tak ada yang kalian tahu. Bahkan terkadang kami lebih mulia dari kalian, ketika kami mengerjakan sesuatu dengan sangat sempurna, namun kami tutupi karena kami tak ingin kalian cela "mencontek". Kami benci selalu di cemooh. Kami benci selalu diremehkan. Kami benci selalu direndahkan.
Tak ada satupun yang kalian mengerti saat berada di tempat kami berdiri.

Kepada kalian, manusia berprestasi tanpa toleransi.
Kepada kalian, jiwa perkasa tapi tanpa rasa saudara.
Kepada kalian, hati angkuh yang tak tahu arti bersatu.
dan kepada kalian yang berpikir visioner namun menjadikan kelas bawah sebagai tanah berpijak.
Senandungkanlah sesuka hati lagu - lagu puji tentang bodohnya kaum kami, hingga saat itu tiba.
Saat dimana kaum hitam menjelma bagai lahirnya sosok bintang, yang memberi sinar harapan bagi sang rembulan di kala tak satupun manusia menyadari indah bulan takkan berarti tanpa kemilau sang bintang.
Di hari itu berterimakasihlah kalian, dengan keindahan sang bintang yang lahir dari kekelaman ribuan celotehan, hinaan dan cacian yang dengan sengaja para rembulan buat.

Sabtu, 12 Juli 2014

Bukan Hati Jadi Inspirasi

Tergerak hati tak berjiwa

Berdentum keras bagai seringai auman serigala

Ketika memang baris jemari memicu kecepatan detak jantung terlapis rusuk indah

Aku rasa itu..

Rasa yang jarang ditemui

Menyergap erat bagai ribuan kupudalam sangkar lambung

Memanjat praktis lewat celah gemilah kerangka berongga

selongsong pipa tebal terapit dua bola bergelantung pada rongga berlendir

Kupu - kupu telah keluar dari sangkar lambung

Namun tak terdapat satupun buah cair menyeruak dari hilir bibir

Skat pada barisan jemari yang kini menjadi problematika

Tertunduk teramat jauh dalam klise bayang fatamorgana

Mengreyitkan dahi seraya terpaku dalam bumi singgasana

Benarkah ini terjadi??

Benarkah titik ini menjadi awal problematika dan menjadi pelebur di masa depan nanti??

Bukan.. bukan pelebur yang menjadikan kami bersatu

Tetapi pelebur yang menjadikan kami semakin berpisah

Jauh.. jauh dalam kefanaan dunia

Seumpama air dan minyak yang selalu dipisahkan oleh garis lurus dalam bidang datar

Banyak hal yang terus melambung

Melulu terbang bersama keheningan jalur musim gugur

Seakan garis - garis horizontal yang terlontar tak lagi diperdulikan rangkaian hembus angin

Menari meliuk ke dalam gelombang nestapa kehidupan

Namun menjadi indah ketika terjatuh pada genangan air berdesir

Menggambarkan kehidupan baru sosok sang pujangga semu

Bersuara menyisit masih dalam gesekan daun musim gugur

Yang masih terpancang jelas pada tangkai hitam ringkih

Menunggu jatuh, kemudian mati dan membusuk

Hingga akhirnya kembali menyatu dengan tanah yang terdapat pada dataran luas

Yang mereka semua sebut.. BUMI..

E.R.L
dalam bisik semilir angin