Tergerak hati tak berjiwa
Berdentum keras bagai seringai auman serigala
Ketika memang baris jemari memicu kecepatan detak jantung terlapis rusuk indah
Aku rasa itu..
Rasa yang jarang ditemui
Menyergap erat bagai ribuan kupudalam sangkar lambung
Memanjat praktis lewat celah gemilah kerangka berongga
selongsong pipa tebal terapit dua bola bergelantung pada rongga berlendir
Kupu - kupu telah keluar dari sangkar lambung
Namun tak terdapat satupun buah cair menyeruak dari hilir bibir
Skat pada barisan jemari yang kini menjadi problematika
Tertunduk teramat jauh dalam klise bayang fatamorgana
Mengreyitkan dahi seraya terpaku dalam bumi singgasana
Benarkah ini terjadi??
Benarkah titik ini menjadi awal problematika dan menjadi pelebur di masa depan nanti??
Bukan.. bukan pelebur yang menjadikan kami bersatu
Tetapi pelebur yang menjadikan kami semakin berpisah
Jauh.. jauh dalam kefanaan dunia
Seumpama air dan minyak yang selalu dipisahkan oleh garis lurus dalam bidang datar
Banyak hal yang terus melambung
Melulu terbang bersama keheningan jalur musim gugur
Seakan garis - garis horizontal yang terlontar tak lagi diperdulikan rangkaian hembus angin
Menari meliuk ke dalam gelombang nestapa kehidupan
Namun menjadi indah ketika terjatuh pada genangan air berdesir
Menggambarkan kehidupan baru sosok sang pujangga semu
Bersuara menyisit masih dalam gesekan daun musim gugur
Yang masih terpancang jelas pada tangkai hitam ringkih
Menunggu jatuh, kemudian mati dan membusuk
Hingga akhirnya kembali menyatu dengan tanah yang terdapat pada dataran luas
Yang mereka semua sebut.. BUMI..
E.R.L
dalam bisik semilir angin