Bukan dengan tanpa alasan kaki ini berpijak pada rangkaian kotak seperti berlapiskan permata. Kemudian duduk di singgasana yang terbuat dari pintalan benang berwarna biru dongker, dengan kaki yang menyeringai, seperti membentuk angka 4(empat).
Tak banyak kata yang dapat terlontar..
hanya barisan jemari yang dapat menggambarkan keluh kesah seorang mahasiswa. Dengan berapi, berjalan menuju antrian buku untuk dipilih dan dibuka kemudian dibaca.
Perjuangan yang amat baru menduduki fase nol, untuk menjadikan diri berada di rating tertinggi..
Kadang berkolaborasi, kadang berkompetisi.
Walau memang bertujuan untuk mempersiapkan diri agar mampu menguasai tantangan di masa depan nanti.
Namun tak jarang, rasa jenuh itu menghampiri.
yaa.. itulah kehidupan kami.
Perintis negeri yang sedang berevolusi untuk bumi pertiwi.
Ditulis sangat sebentar, tanpa pikir panjang.
Dikeheningan suasana perpustakaan gedung berkaca, lt.5
"Mahasiswi semester empat : Elsi Rivvany Liztia"
Tak banyak kata yang dapat terlontar..
hanya barisan jemari yang dapat menggambarkan keluh kesah seorang mahasiswa. Dengan berapi, berjalan menuju antrian buku untuk dipilih dan dibuka kemudian dibaca.
Perjuangan yang amat baru menduduki fase nol, untuk menjadikan diri berada di rating tertinggi..
Kadang berkolaborasi, kadang berkompetisi.
Walau memang bertujuan untuk mempersiapkan diri agar mampu menguasai tantangan di masa depan nanti.
Namun tak jarang, rasa jenuh itu menghampiri.
yaa.. itulah kehidupan kami.
Perintis negeri yang sedang berevolusi untuk bumi pertiwi.
Ditulis sangat sebentar, tanpa pikir panjang.
Dikeheningan suasana perpustakaan gedung berkaca, lt.5
"Mahasiswi semester empat : Elsi Rivvany Liztia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar