Meringkih terjal menuju raungan
Ketika memang malam tak lagi berimbun
Tersentak hati dimana telah tergores embun
Yang menyelongsong jauh kepada buaian
Beratus dahaga kembali terjaga
Seperti rubik tanpa kesamaan warna
Terjalin lembut bingkai kasih sang juwita
Namun terpaut gemelut pria tak berjiwa
Kulihat mentari manakala tak berpenghuni
Tersirat bait berhias terik
Aku tak lagi mampu menginjak bumi
Kala nelangsa kembali menarik
Berada pada dahan yang bergelimpang
Seraya terpaan kuat sang gelombang
Tak mampu menahan, pasang bola ini kembali berair
Seperti berduduk karang berpeluk pasir
Tiba saat gumpalan gemuruh hitam
Menyeringai estetika tanpa daya hantam
Ku terus berpijak pasti
Pada karang lunak bak belati
Hingga mungkin raga ini mati
Dan luka tak lagi terbilah besi.
Ketika memang malam tak lagi berimbun
Tersentak hati dimana telah tergores embun
Yang menyelongsong jauh kepada buaian
Beratus dahaga kembali terjaga
Seperti rubik tanpa kesamaan warna
Terjalin lembut bingkai kasih sang juwita
Namun terpaut gemelut pria tak berjiwa
Kulihat mentari manakala tak berpenghuni
Tersirat bait berhias terik
Aku tak lagi mampu menginjak bumi
Kala nelangsa kembali menarik
Berada pada dahan yang bergelimpang
Seraya terpaan kuat sang gelombang
Tak mampu menahan, pasang bola ini kembali berair
Seperti berduduk karang berpeluk pasir
Tiba saat gumpalan gemuruh hitam
Menyeringai estetika tanpa daya hantam
Ku terus berpijak pasti
Pada karang lunak bak belati
Hingga mungkin raga ini mati
Dan luka tak lagi terbilah besi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar