menitikkan air mata waktu saya baca artikel ini, ya.. saya adalah seorang yang terpilih menjadi seorang Paskibraka tk Kota Tangerang tahun 2010 bersama 49 orang lainnya, bagaimana tidak saya menangis, baju yang saya kenakan sewaktu SD - SMA, baju PDU (Pakaian Dinas Upacara) yang saya kenakan beserta atributya saat Pengukuhan, Pengibaran dan Penurunan duplikat Sang Saka Merah Putih, yaitu Evolet, MPG(Merah Putih Garuda) / LK (Lencana Kepemimpinan), Kendit yang bertuliskan "Pandu Ibu Indonesia Berpancasila", Met (untuk puteri) dan Peci (untuk putera), lalu ada Garuda yang terpasang indah di samping kiri met dan peci kami, Sarung Tangan yang melekat kuat di tangan kami, syal Merah Putih yang mengikat di leher kami dan sangat terasa dekat Merah Putih itu di hati kami, kemudian dempuran prak prok suara sepato pantofel(untuk puteri) dan sepatu PDH (untuk putera), dan seluruh baju kami beserta atribut yang tidak bisa di jabarkan satu persatu, mempunyai makna? sudah pasti punya, bukan sembarang orang yang membuat dan menciptakan nama PASKIBRAKA beserta atributnya tersebut, ialah kak Idik Sulaeman yang kemarin pada
usia 80 tahun, Kak Idik wafat (4 April 2013) Jam 08:50 Di RS. Siloam #ppiberduka
Lalu pencetak sejarah Paskibraka yang sangat berpengaruh adalah kak Husein Mutahar, ya.. beliau adalah orang yang mencetuskan paskibraka dalam format pasukan 17 , pasukan 8 dan pasukan 45 sesuai kemerdekaan Republik Indonesia..
berikut ini adalah satu artikel yang membuat saya menangis :
Jumat, 15 Mei 2009
MUTAHAR & IDIK SEHARUSNYA KAYA RAYA
Kalau saja Husein Mutahar adalah seorang Ary Ginanjar Agustian, tentu
Paskibraka akan menjadi jauh lebih besar dari sekarang. Kalau saja Idik
Sulaeman adalah seorang Yves Saint Laurent, maka atribut Paskibraka
tidak dipakai sembarangan seperti sekarang. Kalau keduanya digabungkan:
Mutahar dan Idik pantas menjadi milyuner!
Ini sebenarnya cerita
yang harus saya tulis bulan Agustus tahun lalu. Bagaimana pada suatu
malam, seorang Idik Sulaeman hadir di depan 40 anggota Paskibraka DKI
Jakarta 2008. Dengan tongkat dan tertatih-tatih, lelaki berusia 75 tahun
itu masih bersedia hadir sebagai ikon Paskibraka atas undangan
adik-adiknya, Paskibraka DKI Jakarta, pada saat forum latihan Paskibraka
Nasional di Cibubur tak lagi mengundang dirinya.
Saat itu Kak
Idik datang sendirian, tanpa pendamping, kecuali ditemani beberapa
Pengurus PPI DKI Jakarta. Untung saja, dan biasanya selalu begitu, Kak
Idik mengajak kami (saya Syaiful “Opul” Azram dan Budiharjo “Muztbhe”
Winarno) untuk ikut. Kami datang? Tak mungkin tidak. Bagaimana bisa kami
membiarkan seorang Idik --yang sudah kehilangan sebagian motoriknya
akibat stroke beberapa tahun lalu dan agak sulit menyampaikan pikirannya
kepada orang lain-- untuk menjelaskan soal Paskibraka dan menjawab
pertanyaan seorang diri.
Dan benar saja, akhirnya kami berdua
harus turun tangan (walaupun sebenarnya tak mengharapkan). Kak Idik
hanya menjelaskan sepatah dua kata, sisanya kami yang meneruskan.
Berbagai macam pertanyaan harus dijawab, maklum adik-adik Paskibraka DKI
2008 kan ingin tahu “makhluk” apa sebenarnya Paskibraka itu, dari A
sampai Z.
Mulanya, tanggapan mereka datar-datar saja ketika
sejarah Paskibraka dipaparkan. Mungkin, mereka sudah pernah membaca dari
sumber mana saja, buku atau wikipedia. Tapi, mereka harus ternganga tak
menduga, ketika diberitahukan bahwa selain menciptakan nama PASKIBRAKA
dan mengusulkannya kepada Kak Husein Mutahar, Kak Idik adalah orang yang
merancang semua atribut Paskibraka: mulai dari Seragam, lambang korps,
lambang anggota, dan tanda pengukuhan seperti lencana merah-putih-garuda
(MPG) dan kendit kecakapan.
Decak kagum dan tepuk tangan pun
menggema, ketika dijelaskan bahwa orang yang ada di hadapan mereka itu
jugalah yang merancang seragam sekolah dan atributnya: putih-merah untuk
SD, putih-biru untuk SMP dan putih-abu2 untuk SMA, plus badge OSIS-nya.
Apa reaksi Kak Idik mendapatkan aplaus seperti itu? “Iya benar. Saya
yang merancang semua itu. Tapi tidak dibayar…” ucapnya pendek. Dan,
ucapan itu kembali disambut dengan tepuk tangan…
Apa inti dari cerita saya di atas?
Saya ingin membuka pikiran kita semua, Purna Paskibraka, bahwa para
penggagas dan pencetus Paskibraka adalah orang-orang yang hebat. Mereka
mempunyai pemikiran yang cerdas, matang dan melanglang jauh ke depan.
Namun, di balik itu semua, mereka juga selalu bekerja dengan keras,
ulet, dan… tanpa pamrih !!
Husein Mutahar menggagas Paskibraka
dan berhasil menciptakan latihan mental-spiritual “Pandu Ibu Indonesia
Ber-Pancasila” yang demikian komplit. Idik Sulaeman menggenapi apa yang
dilakukan “kakaknya” dengan menyempurnakan silabus, sistem dan metode
pelatihan… plus seragam dan atribut Paskibraka.
Bayangkan kalau
paket latihan yang penuh nuansa dan kebanggaan ini dapat dikembangkan
secara profesional menjadi pelatihan semacam “ESQ Leadership Training”
ala Ary Ginanjar Agustian. Pelatihan Paskibraka akan menjadi lebih
dahsyat dan menghasilkan alumni yang jauh lebih hebat !!
Kalaulah pelatihan “Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila” dipatenkan
menjadi sebuah pelatihan kepemimpinan yang profesional, berapa “income”
yang bisa diperoleh seorang Husein Mutahar. Berapa banyak pelatihan
Paskibraka yang dilaksanakan setiap tahun di seluruh Indonesia yang bisa
memberikan royalti? Husein Mutahar bergelimang uang…
Kalaulah
Idik Sulaeman mendaftarkan seluruh rancangannya ke Direktorat Hak Cipta,
bayangkan royalti yang bisa diperolehnya dari setiap potong seragam
Paskibraka. Berapa banyak pula hasil dari royalti pembuatan pakaian
seragam sekolah dan atributnya. Kak Idik kaya raya…
Mestinya,
seluruh Purna Paskibraka menyadari ini semua… Bahwa Husein Mutahar dan
Idik Sulaeman sesungguhnya telah mewariskan sebuah memorabilia yang tak
ternilai harganya.
Kalaulah Kak Mutahar masih ada, saya ingin
mengungkapkan hal ini padanya sekarang. Kalau Kak Idik tidak memiliki
keterbatasan di usianya yang lanjut, pasti akan saya ajak “kembali”
untuk menata Paskibraka. Sayang, dua-duanya tidak lagi bisa saya
lakukan. Yang bisa saya kerjakan hanyalah menuliskannya dalam kata-kata…
Sebenarnya, saya lelah mendengar cerita miring soal Paskibraka, soal
pelatihannya yang kian hari kian jauh dari tujuan semula. Saya juga
capek melihat aktivitas Purna Paskibraka yang hanya berkutat pada
masalah-masalah sepele, debat kusir tanpa ujung-pangkal, atau rebutan
kursi kepengurusan yang umurnya cuma empat atau lima tahun.
Padahal, kita semua melupakan satu hal yang paling esensial: bagaimana
menjaga sejarah dan warisan Paskibraka yang nilainya tak terhingga.
Lalu, mengelolanya menjadi sebuah aset yang dapat dikembangkan untuk
kesinambungan pembinaan seluruh Purna. Tanpa bantuan orang lain, tanpa
tergantung pada siapa pun.
Impian itu selalu datang dalam tidur saya… Tapi, yang saya temui adalah hari-hari yang sama keesokan harinya…
Ditulis oleh: Syaiful Azram, Paskibraka 1978
Gambar gambar
KAK IDIK SULAEMAN
KAK HUSEIN MUTAHAR
PDU LENGKAP
LEBIH DEKAT
ATRIBUT LENGKAP
sekian artikel saya.. semoga makin menumbuhkan rasa nasionalisme kalian semua terutama di kalangan pemuda :)
speechless
BalasHapus