Senin, 15 April 2013

UNTUK KAK IDIK SULAEMAN dan KAK HUSEIN MUTAHAR :)

menitikkan air mata waktu saya baca artikel ini, ya.. saya adalah seorang yang terpilih menjadi seorang Paskibraka tk Kota Tangerang tahun 2010 bersama 49 orang lainnya, bagaimana tidak saya menangis, baju yang saya kenakan sewaktu SD - SMA, baju PDU (Pakaian Dinas Upacara) yang saya kenakan beserta atributya saat Pengukuhan, Pengibaran dan Penurunan duplikat Sang Saka Merah Putih, yaitu Evolet, MPG(Merah Putih Garuda) / LK (Lencana Kepemimpinan), Kendit yang bertuliskan "Pandu Ibu Indonesia Berpancasila", Met (untuk puteri) dan Peci (untuk putera), lalu ada Garuda yang terpasang indah di samping kiri met dan peci kami, Sarung Tangan yang melekat kuat di tangan kami, syal Merah Putih yang mengikat di leher kami dan sangat terasa dekat Merah Putih itu di hati kami, kemudian dempuran prak prok suara sepato pantofel(untuk puteri) dan sepatu PDH (untuk putera), dan seluruh baju kami beserta atribut yang tidak bisa di jabarkan satu persatu, mempunyai makna? sudah pasti punya, bukan sembarang orang yang membuat dan menciptakan nama PASKIBRAKA beserta atributnya tersebut, ialah kak Idik Sulaeman yang kemarin pada usia 80 tahun, Kak Idik wafat (4 April 2013) Jam 08:50 Di RS. Siloam #ppiberduka

Lalu pencetak sejarah Paskibraka yang sangat berpengaruh adalah kak Husein Mutahar, ya.. beliau adalah orang yang mencetuskan paskibraka dalam format pasukan 17 , pasukan 8 dan pasukan 45 sesuai kemerdekaan Republik Indonesia.. 


berikut ini adalah satu artikel yang membuat saya menangis :

Jumat, 15 Mei 2009
MUTAHAR & IDIK SEHARUSNYA KAYA RAYA
Kalau saja Husein Mutahar adalah seorang Ary Ginanjar Agustian, tentu Paskibraka akan menjadi jauh lebih besar dari sekarang. Kalau saja Idik Sulaeman adalah seorang Yves Saint Laurent, maka atribut Paskibraka tidak dipakai sembarangan seperti sekarang. Kalau keduanya digabungkan: Mutahar dan Idik pantas menjadi milyuner!

Ini sebenarnya cerita yang harus saya tulis bulan Agustus tahun lalu. Bagaimana pada suatu malam, seorang Idik Sulaeman hadir di depan 40 anggota Paskibraka DKI Jakarta 2008. Dengan tongkat dan tertatih-tatih, lelaki berusia 75 tahun itu masih bersedia hadir sebagai ikon Paskibraka atas undangan adik-adiknya, Paskibraka DKI Jakarta, pada saat forum latihan Paskibraka Nasional di Cibubur tak lagi mengundang dirinya.

Saat itu Kak Idik datang sendirian, tanpa pendamping, kecuali ditemani beberapa Pengurus PPI DKI Jakarta. Untung saja, dan biasanya selalu begitu, Kak Idik mengajak kami (saya Syaiful “Opul” Azram dan Budiharjo “Muztbhe” Winarno) untuk ikut. Kami datang? Tak mungkin tidak. Bagaimana bisa kami membiarkan seorang Idik --yang sudah kehilangan sebagian motoriknya akibat stroke beberapa tahun lalu dan agak sulit menyampaikan pikirannya kepada orang lain-- untuk menjelaskan soal Paskibraka dan menjawab pertanyaan seorang diri.

Dan benar saja, akhirnya kami berdua harus turun tangan (walaupun sebenarnya tak mengharapkan). Kak Idik hanya menjelaskan sepatah dua kata, sisanya kami yang meneruskan. Berbagai macam pertanyaan harus dijawab, maklum adik-adik Paskibraka DKI 2008 kan ingin tahu “makhluk” apa sebenarnya Paskibraka itu, dari A sampai Z.

Mulanya, tanggapan mereka datar-datar saja ketika sejarah Paskibraka dipaparkan. Mungkin, mereka sudah pernah membaca dari sumber mana saja, buku atau wikipedia. Tapi, mereka harus ternganga tak menduga, ketika diberitahukan bahwa selain menciptakan nama PASKIBRAKA dan mengusulkannya kepada Kak Husein Mutahar, Kak Idik adalah orang yang merancang semua atribut Paskibraka: mulai dari Seragam, lambang korps, lambang anggota, dan tanda pengukuhan seperti lencana merah-putih-garuda (MPG) dan kendit kecakapan.

Decak kagum dan tepuk tangan pun menggema, ketika dijelaskan bahwa orang yang ada di hadapan mereka itu jugalah yang merancang seragam sekolah dan atributnya: putih-merah untuk SD, putih-biru untuk SMP dan putih-abu2 untuk SMA, plus badge OSIS-nya.

Apa reaksi Kak Idik mendapatkan aplaus seperti itu? “Iya benar. Saya yang merancang semua itu. Tapi tidak dibayar…” ucapnya pendek. Dan, ucapan itu kembali disambut dengan tepuk tangan…

Apa inti dari cerita saya di atas?

Saya ingin membuka pikiran kita semua, Purna Paskibraka, bahwa para penggagas dan pencetus Paskibraka adalah orang-orang yang hebat. Mereka mempunyai pemikiran yang cerdas, matang dan melanglang jauh ke depan. Namun, di balik itu semua, mereka juga selalu bekerja dengan keras, ulet, dan… tanpa pamrih !!

Husein Mutahar menggagas Paskibraka dan berhasil menciptakan latihan mental-spiritual “Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila” yang demikian komplit. Idik Sulaeman menggenapi apa yang dilakukan “kakaknya” dengan menyempurnakan silabus, sistem dan metode pelatihan… plus seragam dan atribut Paskibraka.

Bayangkan kalau paket latihan yang penuh nuansa dan kebanggaan ini dapat dikembangkan secara profesional menjadi pelatihan semacam “ESQ Leadership Training” ala Ary Ginanjar Agustian. Pelatihan Paskibraka akan menjadi lebih dahsyat dan menghasilkan alumni yang jauh lebih hebat !!

Kalaulah pelatihan “Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila” dipatenkan menjadi sebuah pelatihan kepemimpinan yang profesional, berapa “income” yang bisa diperoleh seorang Husein Mutahar. Berapa banyak pelatihan Paskibraka yang dilaksanakan setiap tahun di seluruh Indonesia yang bisa memberikan royalti? Husein Mutahar bergelimang uang…

Kalaulah Idik Sulaeman mendaftarkan seluruh rancangannya ke Direktorat Hak Cipta, bayangkan royalti yang bisa diperolehnya dari setiap potong seragam Paskibraka. Berapa banyak pula hasil dari royalti pembuatan pakaian seragam sekolah dan atributnya. Kak Idik kaya raya…

Mestinya, seluruh Purna Paskibraka menyadari ini semua… Bahwa Husein Mutahar dan Idik Sulaeman sesungguhnya telah mewariskan sebuah memorabilia yang tak ternilai harganya.

Kalaulah Kak Mutahar masih ada, saya ingin mengungkapkan hal ini padanya sekarang. Kalau Kak Idik tidak memiliki keterbatasan di usianya yang lanjut, pasti akan saya ajak “kembali” untuk menata Paskibraka. Sayang, dua-duanya tidak lagi bisa saya lakukan. Yang bisa saya kerjakan hanyalah menuliskannya dalam kata-kata…

Sebenarnya, saya lelah mendengar cerita miring soal Paskibraka, soal pelatihannya yang kian hari kian jauh dari tujuan semula. Saya juga capek melihat aktivitas Purna Paskibraka yang hanya berkutat pada masalah-masalah sepele, debat kusir tanpa ujung-pangkal, atau rebutan kursi kepengurusan yang umurnya cuma empat atau lima tahun.

Padahal, kita semua melupakan satu hal yang paling esensial: bagaimana menjaga sejarah dan warisan Paskibraka yang nilainya tak terhingga. Lalu, mengelolanya menjadi sebuah aset yang dapat dikembangkan untuk kesinambungan pembinaan seluruh Purna. Tanpa bantuan orang lain, tanpa tergantung pada siapa pun.

Impian itu selalu datang dalam tidur saya… Tapi, yang saya temui adalah hari-hari yang sama keesokan harinya…

Ditulis oleh: Syaiful Azram, Paskibraka 1978
 
Gambar gambar
 KAK IDIK SULAEMAN
KAK HUSEIN MUTAHAR

PDU LENGKAP

LEBIH DEKAT

ATRIBUT LENGKAP

sekian artikel saya.. semoga makin menumbuhkan rasa nasionalisme kalian semua terutama di kalangan pemuda :)


 

Rabu, 10 April 2013

FESTIVAL LAYANG LAYANG SUMATERA BARAT

Mungkin bagi sebagian besar orang pencinta panas dan pencinta angin, akan sangat menakjubkan jika bermain layang - layang..
ya layang - layang.. kalau kecil dulu sih bilangnya "layangan".. ternyata permainan yang kita anggap tradisional ini benar - benar sudah mendunia loh.. bukan hanya kalangan mengengah ke bawah yang memainkan permainan asik ini, tetapi para kaum elite pun sangat antusias dalam memainkannya..
bagaimana sih cara memainkan layang - layang???
menurut saya caranya gampang - gampang susah, jika sudah ada layang - layang dan tali kama (tali pengikat layang-layang" sudah terbentuk, kita butuh angin dan satu orang untuk mantengin (bahasa kampungnya) layangan itu.. orang yang mantengin layangan itu lepas layangannya, nah kita menarik layangan tersebut hingga tinggi dan mengudaraa..

nahh ngomongin layang - layang, sekitar sebulan lalu saya mengunjungi tanah kelahiran ibu saya, di pariaman, sumatera barat, tepatnya di kecamatan enam lingkung..
kebetulan sekali waktu saya berkunjung ke sana, masa panen telah usai dan tibalah festival layang - layang yang dilakukan di atas sawah (kebayang dong yah seru plus panasnya"

sedikit bercerita..
jadi festival itu diadakan setiap habis panen antar suku (bukan antar kampung yaa), kriteria penilaiannya bukan dari yang sering kita mainin, yaidu pengaduan layang-layang hingga putus/telap, tapi kriteria nya dilihat dari seberapa indah liukkan layang - layang di udara dan seberapa selarasnya layang - layang tersebut tanpa putus..

lomba dalam festival layang - layang ini terdiri dari 2 kategori, yaitu kategori layang - layang besar dan kategori layang - layang kecil.. setiap kategori memiliki hadiah yang bukan main.. siapapun yang menang akan membawa pulang satu ekor kerbau.. waaawww bukan hadiah yang murah bukan..
eitss.. trapi hadiahnya gak bisa di makan sendiri sob, hadiah itu diberikan ke suku orang yang berhasil memenangkan hadiah tersebut, tujuannya sih biar seluruh anggota suku ikut merasakan euphoria nya sob..

peringatan permainan ada 2 kali..
semuanya pake tembakan senapan (ngeri yeee)
tembakan pertama menandakan si pemanteng harus berjalan jauh buat mantengin layangan tersebut dan si penarik harus bisa menaikkan layang - layang nya..
tembakan kedua untuk mengingatkan bahwa penilaian di mulai, dan bagi peserta yang belum bisa menaikkan layang - layang nya, beliau gugur..

nahh berikut adalah foto foto nya sob..

waktu perform layang - layang besar
ini saat anak - anak jalan melewati sawah ingin "mantengin" layangan
para penarik jituu.. duileehh.. :3
saat layangan kecil mengudara


antusiasme warga sekitar