Minggu, 01 Februari 2015

Inikah akhirnya?

Empatbelas bulan ku coba bertahan dengan segala rasa yang tersimpan di hati.
Aku bukan perempuan yang dengan mudah mengatakan iya. Begitu pula saat kau minta ku untuk mengisi bagian cerita di hidupmu.
Saat itu bukan ku tak memikirkan apa yang kau tawarkan, tetapi aku menunggu. Mungkin kau sedikit berpikir bahwa aku memutuskan begitu cepat. Namun sekali lagi, aku menunggu mu.

Kemudian saat yang kutunggu datang. Yaitu saat kau lontarkan perasaanmu ditempat yang tidak kuduga. Aku terkejut serta tersipu malu. Kau berani ucap kata itu. Sedikit dialog basa basi ku ucapkan, namun tetap pada akhirnya aku menggenggam jemarimu dan menerima perasaanmu padaku. Ya.. kita menjadi sepasang kekasih.

Banyak hal yang sudah kita lewatkan, dan berbagai masalah yang kita hadapi dengan kepala dingin. Tentu saja semua itu tak mudah kulupa.
Aku teringat saat belum lama waktu berselang kebelakang, di dalam mobil ketika kau mengantarku pulang, aku menangis.
Kronologinya saat kau tanpa sengaja memainkan lagu berjudul night changes pada audio mobilmu, tanpa sadar aku menangis tersedu. Kamu bertanya kenapa, tetapi tanpa menjawab justru aku malah memelukmu dengan erat.
Dan tahukah kau mengapa aku begitu? Saat dimana kau menghilang, lagu itulah yang kuputar terus menerus, lagu itulah yang menjadi soundtrack pada mimpiku saat bunga tidur itu menghadirkan dirimu di malam-malam suntukku.